Selasa, 15 Juli 2014

Jejak Hujan, Masihkah Kau Berkabar?

Waktu telah lama mencipta jeda pada persuaan kita, itu yang ingin kukatakan padamu yang sekian lama kosong, tak terjenguk. Adakah kau rasa sunyi? Maafkan. Maafkan diri ini karena tak lagi bertandang ke sini meski hanya sekadar menitipkan beberapa patah kata. Maafkan, jemariku tak lagi rutin menyatukan aksara di tubuhmu. Ada beragam alasan untuk meninggalkanmu tetap seperti ini. Tapi, malam ini aku punya satu alasan untuk kembali padamu. Sesuatu bernama sepi tiba-tiba menikamku begitu dalam dan ingatanku memapahku padamu. 

Semoga bisu yang sekian lama ada diantara kita akan segera berganti. Biarkan jemariku kembali menabung kata di tubuhmu, agar tak lagi tiba hari di mana aku, dia, dan mereka bertanya "Jejak Hujan, masihkah kau berkabar?"

Hei, masih ingat kan dengan lagu ini?



Senin, 04 November 2013

Hujan, Cinta Semai



 
Gambar klik




: Ayah

Suatu hari di sebuah siang yang garang, sepasang tangan menengadah memohon gerimis jatuh meski sejenak. Hatinya telah gersang, ia berharap gerimis mampu menghanyutkan sisa luka yang berakar tepat di ulu hati. Ia lama menanti. Mendung pelan-pelan menggantung. Ternyata bukan gerimis yang jatuh, hujan menderas menerpa. Ia menggigil. Kuyup. Bukan ini yang ia harapkan. Ia merutuk. Menggugat.
Airmata langit yang jatuh tak hanya menghapus air mata di wajahnya, juga meluruhkan segala kenang yang ia prasastikan di dadanya yang telah lama kehilangan debar. Ia tak ingin hutan kenangannya tersapu habis. Namun, ia tak berdaya. Rasa sakitnya telah tercerabut beriring ingatan-ingatannya yang terkikis perlahan.
Suatu hari di sebuah senja yang mendung. Sisa gerimis masih menitik. Sebuah wajah menengadah menatap langit. Ia telah melupakan perihal yang telah menorehkan luka. Aku harus menjemput cintaku, batinnya sembari mengeringkan mata air di wajahnya. Sesungging senyum yang telah sekian lama pensiun dari wajahnya kembali terbit. Kakinya ringan menjauhi langit kelabu.
Almanak berguguran. Sepasang anak manusia saling menggenggam dalam rindu. Berpagut dalam cinta. Segala resah juga luka mereka halau. Sebuah dada yang telah mati kembali menemukan debar. Dada yang lain setia menularkan debar yang tak henti.
Gerimis jatuh perlahan, sepasang manusia bersama menanam benih cinta dengan seikat janji. Kau dan aku selamanya.


P.S : Selamat bertambah usia, Ayah.  Segala yang terbaik selalu buatmu. Semoga benih cinta yang kita tanam selalu semi. Aamiin.

Jumat, 16 Agustus 2013

Sekalimat Rindu

: Dafinah

Nak,
Ada yang menghujam tibatiba
Di dalam dada
Mendesak

Nak,
Tak kutemukan kumpulan katakata
Hanya sesak teraba
Melesak

Sekiranya jarak adalah seutas benang
Telah kuguntingi sekat yang menjadi batas
Sekiranya waktu serupa lembar kertas
Telah kulipat sekecilnya
Agar tubuh mungilmu tiba di pelukku
Hingga rindu ini tak lagi gagu

Nak,
Ada yang hendak tumpah
Di balik kelopak

Tertahan




My Dafinah
Dafinah

Rabu, 01 Agustus 2012

Pada Sebuah Awal, Kita Usai



Ada bisu yang paling senyap mencipta jarak antara kita. Menghadirkan beku. Kau-aku tak lagi mampu menghalau dinginnya sunyi, meski dengan segala benang keriangan yang telah terpintal. Kabut telah terlalu tebal mengukir jeda pada jemari kita yang dulu saling bertaut. Kini, kita berada di persimpangan. Langkah kaki kita tak lagi ingin saling beriringan. Kedua lengan kita pun enggan bertukar peluk. 

Selasa, 29 Mei 2012

Kepadamu (Sebuah Tulisan Lalu)



Dan pada hatimu telah kutikamkan belati

Malam ini, malam yang tak pernah terlintas dalam warna-warna harap kita kemarin. Harap yang hanya kita baca dalam satu kata, indah. Selayar sms dan berbaris kalimat telah kujelmakan belati yang menikam hati tulusmu. Aku tak berani menanyakan rasanya. Cukup mendengar senyummu yang tak lagi sama atau kalimatmu yang tertahan. Nyeri.

Luruhlah merah dalam genggaman
Kau pasti merasakan sakit. Perasaanmu yang putih telah kunodai dengan sebuah larik cerita lalu. Cerita usang berdebu yang harusnya terkubur, tiba-tiba menjelma hantu mengusik ketenangan yang kita punya. Dan ini salahku! Telah kulukis noda pada kanvas tempat kita melukis bersama. Tanganku berlumur merah