Sabtu, 07 Mei 2011

Prosa Pertama Untuk (Calon) Suamiku

: Kepadamu, lelaki yang (masih) bersembunyi dalam tabir rahasiaNya.
Padamu yang kujumpai dalam bait-bait harap, kusampirkan rindu dalam subuh yang mengerjap. Tentang janji yang menanti masa tertepati, serupa kisah yang telah turun temurun menari di telinga.
Malam-malam panjang merangkum dedo’a dalam sujud simpuh di atas sajadah lusuh. Kita bertemu dalam diam, dalam ketidaktahuan. Kita bercengkrama di hadapanNya, dibalik hijab yang dibentang waktu.
Debaran di dada setia mengiringi detik yang pelan-pelan merubah raut kanak-kanak kita. Kesabaran pun mengelopak tak jemu. Kadang ia berguguran, tak jarang ia begitu rimbun. Kepasrahan dan do’a menjelma giberelin yang membungakan asa, menopang ringkihnya hati kala segala prasangka menjelma benalu.
Kita tak tahu kapan pucuk-pucuk harap kita semi bersama. Mekar rekah laksana sakura yang lepas dari putihnya pelukan salju. Bersabar menanti masa yang indah, tertanam dalam hati. Kala kau, lelaki yang hingga kini masih bersembunyi, membuka hijab pertemuan pertama kita dengan sebaris kalimat ijab qabul.

1 komentar: